Bila di suatu wilayah atau negara tidak ada yang bisa ilmu astronomi yang maju, penentuan 1 Ramadhan bisa dilakukan dengan Rukyat (melihat langsung), sedangkan di wilayah/negara yang sudah maju teknologi astronominya, dapat menggunakan metode hisab (perhitungan).
Kedua metode tersebut ada dalil dan dasarnya (sumber bisa dicari di google). Sehingga tidak masuk akal bila yang mungkin benar hanya 1 metode saja. Hal ini juga membuktikan bahwa penentuan metode hanya masalah kondisi di wilayah tersebut, dalam segala hal, baik kondisi SDM maupun teknologi. Saya setuju dengan perkataan ustadz Felix Siauw:
Poinnya memang di situ, bahwa metode-metode tersebut tidak ada yang salah, melainkan saling melengkapi sesuai kondisi. Misalkan saja di negeri-negeri afrika yang sepengetahuan saya tidak punya teknologi dan ilmu astronomi yang maju, maka mereka tetap bisa menentukan 1 Ramadhan, tidak perlu pusing, cukup pakai metode rukyat (melihat langsung). Sedangkan bagi misalnya di Indonesia yang sudah punya professor-professor astronomi, akan lebih meyakinkan bila menggunakan metode hisab (perhitungan).
Bagi saya, karena saya orangnya juga eksak, maka saya pilih yang metode hisab saja. Sperti kata ustad Felix Siauw, bebas pilih yang mana asal tahu ilmunya, dan tidak ada metode yang salah.
Makasih infonya dan Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
ReplyDeletesama-sama, amin...
Delete