Dahulu kala, ada ulama yang ke mana-mana
ceramahnya berbicara tentang zuhud. Bahwa hidup harus zuhud dan tidak boleh sombong. Suatu
ketika, seorang jamaah nya bertamu ke rumah ulama ini. Dia terkejut dan heran
mendapati di rumah sang ulama terdapat semua perabot yang lengkap. Ibarat jaman
sekarang punya mobil, motor, TV, KUlkas, dan segala perabot.
Saat akhirnya mereka pergi meninggalkan
rumah (ke mesjid atau kemana lupa), bertanyalah sang tamu,”Kenapa anda memiliki
segala perabot yang lengkap padahal kemana-mana selalu ceramah tentang zuhud?
Anda punya ini, punya itu”. Disebut segala jenis perabotnya.
Sang ulama menjawab dengan
mengejutkan,”Itulah kamu. Walau sudah keluar rumah, kamu hafal setiap perabot
yang saya punya. Sedangkan saya, sudah tidak ingat dan tidak peduli apa yang
saya miliki. Zuhud itu bukan menjadi miskin dan tidak punya apa-apa, tapi tidak
memasukkan ke dalam hati apa yang kita miliki di dunia. Sadarlah bahwa itu
kepunyaan Allah dan dapat Allah ambil kapan saja.”
“Kita memiliki kemampuan untuk memperoleh
barang-barang tersebut, itu tidak salah. Yang salah adalah kalau mencintainya
dengan berlebihan. Sehingga jika ada yang kesulitan, maka akan saya berikan
kepada orang yang membutuhkan. Juga saat kehilangan, ikhlas kan saja.
Diceritakan bahwa ulama dahulu memang
kaya-kaya, tapi kekayaannya didapat dari berdagang, bukannya memasang tarif
untuk ceramah. Bahkan sering mereka sendiri yang mengeluarkan hartanya.
0 comments:
Post a Comment