Beberapa waktu lalu, saya sempat ditilang karena ada razia rutin di Jalan Supratman, Bandung. Biasanya saya tidak kena karena saya termasuk yang taat peraturan. Namun kali ini memang sedang sial. Saat diberhentikan, baru sadar ternyata lampu depan motor saya mati karena kemasukan air hujan.
Setelah diminta SIM dan STNK, seperti biasa diberitahukan kesalahannya. Saya sebenarnya agak jengkel juga karena bisa-bisanya lampu depan kemasukan air padahal saat malam harinya masih hidup lampunya. Saya jelaskanlah bahwa ini memang tidak disengaja karena saya juga baru tahu. Biasanya lampu otomatis menyala (motor keluaran baru)
Nah setelah itu dimulailah ritual seperti biasanya
Pak Polisi: Ini karena adek sudah melanggar, harus ditilang. Kalau sidang di pengadilan, bisa 100 ribu lho (begitu katanya). Tapi kalo dibantu, bisa setengahnya aja... pilih yang mana?
Saya: (Tiba-tiba saya teringat tayanagan 86 di Net TV yang sering saya tonton. Pernah dijelaskan bahwa kita bisa memilih slip biru atau merah. Slip merah bayar maksimal *mungkin ini maksudnya 100 ribu itu. Sedangkan slip biru sesuai putusan pengadilan. Saya pun memberanikan diri untuk mencoba, toh saya pikir kalau pun sidang paling habis berapa, gak sampai 100 ribu) Udah Pak, Sidang aja.
Pak Polisi: Yakin dek? Emang adek kerja apa kuliah?
Saya: Iya Pak, udah sidang aja. Saya kuliah Pak.
Pak Polisi: Dibantu aja ya dek...
Saya: Enggak Pak, sidang aja.
Pak Polisi: Dibantu aja ya... Repot loh ngurusnya. Udah, kamu adanya berapa deh...
Saya: Nggak apa-apa Pak, Sidang aja. Nih saya gak bawa uang juga (sambil menunjukkan dompet yang kosong, padahal ada dikit di kantong celana, hihi)
Pak Polisi memandangi saya sebentar, lalu bisik-bisik dengan temannya. Dan secara ajaib SIM dan STNK saya dikembalikan. Dia bilang "Yaudah cepat diganti lampunya. Kali ini dilepasin, nanti kalau kena razia lagi, gak bakal dilepasin ya). Sayapun bergegas pergi sambil berteriak dengan nada nyindir "Nuhun Pak". Sekali lagi, saya ditunjukkan bahwa bila PeDe memegang kebenaran, pasti ditunjukkan Allah jalannya, seperti saat saya membuat SIM dulu.
Orang-orang tua, bahkan orangtua saya pun mengatakan bahwa polisi itu korup dan sebagainya. Tapi mereka tidak sadar bahwa mereka juga lah yang mendukung polisi melakukan itu. kalau banyak orang yang damai di tempat, yang lain pasti ikut. makannya mulai sekarang harus dibersihkan oleh kita sendiri.
Jangan kalah dengan rasa takut, kita punya Allah. Toh kalaupun akhirnya diputuskan sidang, tidak akan begitu rugi kok. Kata teman saya yang sudah pernah, bayarnya cuma 5-10 ribu kok.
Semoga cerita ini bisa menjadi contoh agar orang lain berani melawan aksi-aksi korup. Kalau bukan kita yang memutus rantai setan ini, siapa lagi?