"Wah hebat, adek udah bisa jalan"
"Wah hebat, adek udah bisa ngomong"
Ketika sudah lebih besar sedikit memasuki usia TK, apa yang dibangga-banggakan orang tua kita?
"Wah hebat, adek udah bisa Menghitung 1 sampai 10"
"Wah hebat, adek adek udah hapal a-z"
"Wah hebat, hebat adek udah bisa menggambar, dan menyanyi"
Saat sudah memulai SD,
"Wah hebat, adek udah bisa membaca"
"Wah hebat, adek udah bisa menulis"
"Wah hebat, adek udah bisa tambah kurang kali bagi"
Tapi apa kata orang tua kita setelah itu? mulai kelas 4,5,6 SD juga saat SMP, apalagi SMA. Apa yang dipermasalahkan orang tua kita?
"Dek, nilaimu dapet berapa?"
"Dek, dapet ranking berapa?"
Apakah anda bisa melihat perbedaannya?
Dari mulai kita kecil, kemampuan kita sudah dapat diakui oleh orang tua kita, tapi anehnya saat tingat pendidikan kita semakin tinggi, yang dipertanyakan sudah bukan kemampuan (ability, skill, capability). Fokusnya sudah berubah menjadi mencari nilai dan status sedangkan isi, konten, dan intisarinya sudah tidak berarti. Sampailah pada tingkat kuliah, yang dipermasalahkan adalah IP dan nilai ujian. Bukannya pretasi atau kemampuan apa yang telah dipelajari di kuliah sehingga bisa melakukan atau membuat sesuatu. Bahkan yang lebih parah kalau sampai sudah dewasa, yang dipermsalahkan adalah berapa gajinya, seberapa besar rumahnya, punya mobil berapa. Bukannya bertanya apakah hidupnya bahagia, atau sudah berbuat apa pada negara?
Kenapa ini bisa terjadi ya? entah sadar ataupun tidak, kebanyakan orang tua pasti begini. Setidaknya berdasarkan yang saya lihat terhadap orang-orang di sekitar saya. Padahal ketika sudah mati, apakah hal-hal yang dipermasalahkan di atas akan berpengaruh? nilai, ranking, jabatan, gaji, rumah, mobil. semua hal itu tidak akan berpengaruh pada pengadilan di akhirat. Nilai rapot, atau nilai ujian kita tidak punya 'nilai' yang sebenarnya jika tidak di praktekkan. Yang akan menyelamatkan kita bukanlah apa yang kita miliki atau kita capai, tapi apa yang sudah kita lakukan. Gampangnya hidup kita ini dipakai buat apa?
Nb: Semoga tulisan ini bisa menjadi pengingat juga saat saya sudah menjadi orang tua nanti